Overall Equipment Effectiveness

DONY MAHARDHIKA Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah salah satu alat ukur kunci yang efektif untuk mengukur seberapa baik suatu perusahaan mengelola peralatannya. Sebenarnya, OEE sudah ada sejak lama, namun baru menjadi populer setelah diperkenalkan oleh Seiichi Nakajima dalam bukunya Introduction to TPM pada tahun 1988. OEE adalah sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas mesin. OEE membantu melihat seberapa besar penurunan produktivitas yang diakibatkan efektivitas mesin yang dikenal dengan six big losses peralatan. Maka dari itu dilakukan pengamatan untuk mengukur tingkat efektivitas mesin dengan menggunakan metode OEE.

Menurut Stamatis (2010), OEE membagi kinerja manufaktur menjadi tiga aspek utama, yaitu availability, performance, dan quality. OEE dapat diterapkan baik pada tingkat individu (seperti mesin tertentu) maupun pada keseluruhan lini produksi. Meskipun mencapai nilai OEE 100% dianggap sangat sulit, banyak industri menetapkan standar tolok ukur sebesar 85%. Untuk mencapai target ini, setidaknya nilai availability sebesar 90%, nilai performance sebesar 95%, dan nilai quality sebesar 99,5%

Dalam bukunya, Sukmoro (2023) menjelaskan bahwa:

  1. Availability mengukur sejauh mana peralatan atau mesin tersedia untuk digunakan dibandingkan dengan waktu operasional yang direncanakan.
  2. Performance mengevaluasi kecepatan operasional mesin dibandingkan dengan potensi kecepatan maksimalnya.
  3. Quality menilai persentase produk yang memenuhi standar kualitas dibandingkan dengan keseluruhan produk yang dihasilkan.

Pentingkah OEE dalam efisiensi?

Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah metrik penting dalam menilai efisiensi operasional di sektor manufaktur karena memberikan pandangan menyeluruh tentang performa mesin melalui tiga aspek utama: ketersediaan, performa, dan kualitas. Dengan memantau OEE, perusahaan dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, seperti isu pemeliharaan atau penjadwalan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasional. Selain itu, peningkatan OEE mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik dan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memastikan produk berkualitas tinggi dan pengiriman tepat waktu. Oleh karena itu, OEE tidak hanya membantu dalam meningkatkan efisiensi tetapi juga dalam memperkuat daya saing perusahaan di pasar.

Perhitungan OEE

Perhitungan OEE memberikan wawasan penting tentang efektivitas operasional mesin dengan menganalisis faktor-faktor seperti ketersediaan, performa, dan kualitas. Sebelum kita masuk ke penjelasan rumusnya, penting untuk memahami bagaimana ketiga elemen ini berkontribusi terhadap efisiensi keseluruhan dalam proses produksi.

Formulasi OEE adalah:
OEE = Availability x Performance x Quality

dimana:
Availability   = actual operating time / planned operating time
Performance = (ideal cycle x total product output) / actual operating time
Quality          = good product / total product output

Contoh Kasus

Perusahaan manufaktur memiliki mesin dengan data sebagai berikut:

  1. Waktu operasional aktual (acctual operating time) adalah 400 menit
  2. Waktu operasional yang direncanakan (planned operating time) adalah 480 menit
  3. Waktu siklus ideal per unit produk (ideal cycle) adalah 0,35 menit/unit
  4. Total produk yang dihasilkan (total product output) adalah 1000 pcs
  5. Produk yang baik (good product) adalah 960 pcs dan cacat 40 pcs

Menghitung Ketersediaan (availability)
Availability    = actual operating time / planned operating time
= 400 / 480 = 0,83 = 83%

Menghitung Kinerja (performance)
Performance = (ideal cycle x total product output) / actual operating time
= ( 0,35 x 1000 ) / 400 = 0,875 = 87,5%

Menghitung Kualitas (quality)
Quality          = good product / total product output
= 960 / 1000 = 0,96 = 96%

Menghitung OEE
OEE = Availability x Performance x Quality
= 0,83  x  0,875  x  0,96 = 0,6972 = 69,72%

Menurut leanproduction.com sebagai patokan untuk skor OEE adalah sebagai berikut:

Penjelasan Hasil Perhitungan

               Berdasarkan hasil perhitungan OEE pada perusahaan manufaktur diatas menunjukkan bahwa mesin memiliki ketersediaan sebesar 83%, kinerja 87,5%, dan kualitas 96%. Ketersediaan yang mencapai 83% menunjukkan bahwa mesin beroperasi dengan baik, meskipun ada waktu yang hilang dari waktu operasional yang direncanakan. Kinerja yang tinggi (87,5%) menunjukkan bahwa mesin mampu memproduksi lebih banyak unit dalam waktu yang ditentukan dibandingkan dengan siklus ideal, meskipun masih ada ruang untuk perbaikan.

Dengan kualitas mencapai 96%, produk yang dihasilkan sebagian besar memenuhi standar yang ditetapkan, dengan hanya sedikit cacat. Ketika semua komponen ini digabungkan, OEE dihitung sebesar 69,72%. Meskipun angka ini menunjukkan bahwa ada potensi untuk meningkatkan efisiensi operasional, perusahaan dapat fokus pada pengurangan waktu henti dan peningkatan kinerja untuk mencapai tingkat OEE yang lebih tinggi dengan memperhatikan beberapa faktor dari six big losses berikut ini:

  1. Breakdowns (Kerusakan)
    Ketersediaan 83% menunjukkan bahwa ada waktu henti yang disebabkan oleh kerusakan mesin. Ini perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan dan mengurangi waktu henti yang tidak terduga.
  2. Setup and Adjustments (Setup dan Penyesuaian)
    Waktu yang hilang untuk setup dan penyesuaian dapat berkontribusi pada ketersediaan yang lebih rendah. Mengoptimalkan proses setup dapat membantu meningkatkan ketersediaan mesin.
  3. Small Stops (Hentian Kecil)
    Kinerja 87,5% menunjukkan bahwa ada kemungkinan adanya hentian kecil yang mengurangi kecepatan produksi. Mengidentifikasi dan mengurangi frekuensi hentian kecil ini dapat meningkatkan kinerja.
  4. Reduced Speed (Kecepatan Berkurang)
    Kinerja yang tidak mencapai 100% menunjukkan bahwa mesin tidak beroperasi pada kecepatan ideal. Ini bisa disebabkan oleh pengaturan yang tidak optimal atau masalah dalam proses produksi.
  5. Startup Rejects (Cacat saat Startup)
    Meskipun tidak ada data spesifik tentang cacat saat startup, penting untuk memantau produk yang dihasilkan pada awal produksi. Cacat ini dapat mempengaruhi kualitas dan perlu ditangani.
  6. Production Rejects (Cacat Produksi)
    Kualitas 96% menunjukkan bahwa ada 4% produk yang cacat. Ini menunjukkan adanya kehilangan kualitas yang perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengurangi jumlah produk cacat.

Kesimpulan

Dengan mengaitkan hasil perhitungan OEE dengan Six Big Losses, perusahaan dapat mengidentifikasi area spesifik yang memerlukan perhatian. Fokus pada mengurangi downtime, mempercepat setup, dan meningkatkan kualitas produk akan membantu meningkatkan OEE secara keseluruhan, mendekati kategori “World Class”. Analisis mendalam terhadap setiap kategori akan memberikan wawasan yang lebih baik untuk perbaikan berkelanjutan dalam proses produksi.

Daftar Pustaka

Stamatis, D. H. 2017. The OEE primer: understanding overall equipment effectiveness, reliability, and maintainability. CRC Press.
Nakajima, S. (1988). Introduction to TPM: total productive maintenance. Productivity Press, Inc.
Sukmoro, Wawang. 2023. OEE Demistifikasi. Bekasi: Mitra Prima Produktivitas.
Lean Production. Link https://www.leanproduction.com/oee diakses pada 10 Feb 2025.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *